ABSTRACT
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu dari janin hingga usia 24 bulan. Fortifikasi adalah praktik yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan kandungan satu atau lebih mikronutrien (yaitu, vitamin dan mineral) dalam makanan atau bumbu untuk meningkatkan kualitas gizi pasokan makanan dan memberikan manfaat kesehatan masyarakat. Artikel reviu ini bertujuan untuk membahas pengaruh baik makanan fortifikasi kepada anak yang mengalami stunting. Artikel ini ditulis dengan mengumpulkan artikel-artikel penelitian sebelumnya yang terkait dengan isi artikel. Artikel-artikel penelitian ditemukan dengan database elektronik berupa pencarian perpustakaan, yaitu Cambridge, BMC, CME, Science Direct, dan Google Scholar. Artikel yang dikaji sebanyak 21 artikel. Hasil penelusuran artikel ini adalah bahwa defisiensi mikronutrien (MN) merupakan hal yang umum terjadi pada masalah kesehatan di masyarakat, khususnya pada bayi dan anak-anak di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat stunting sebagai dampak kurang gizi pada balita di Indonesia melampaui batas yang ditetapkan WHO. Beberapa strategi telah terbukti efektif dalam menyelesaikan defisiensi mikronutrien diantaranya adalah pendekatan berbasis makanan, suplementasi mikronutrien, dan fortifikasi makanan pokok.
PENDAHULUAN
Defisiensi mikronutrien (MN) merupakan hal yang umum terjadi pada masalah kesehatan di masyarakat, khususnya pada bayi dan anak-anak di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah. Misalnya, anemia (disebabkan oleh kekurangan zat besi) atau peningkatan infeksi dan kematian (diperburuk oleh vitamin A dan defisiensi seng) merupakan ancaman serius bagi perkembangan anak1. Dua tahun pertama kehidupan mewakili rentang waktu yang sempit, yang sangat penting bagi perkembangan anak. Selama periode ini pertumbuhan masa depan dan kapasitas fisiologis yang rentan, seperti kognitif fungsi dan perkembangan motorik, ditentukan. Bahkan dengan menyusui yang optimal, langkah-langkah ini bergantung pada kuantitas dan kualitas makanan pendamping yang memadai, mengarah ke pasokan yang memadai2.
Beberapa strategi telah terbukti efektif dalam menyelesaikan defisiensi mikronutrien untuk mendapatkan pasokan makanan yang memadai dan diusulkan sebagai berikut: pendekatan berbasis makanan (misalnya makanan yang mengandung mikronutrien; bubuk mikronutrien untuk fortifikasi berbentuk taburan) dan suplementasi mikronutrien (misalnya kapsul vitamin A). Selain itu, fortifikasi makanan pokok (misalnya fortifikasi garam, tepung atau minyak) banyak digunakan untuk mengatasi kekurangan mikronutrien populasi umum. Studi suplementasi mikronutrien, khususnya vitamin A dan seng, telah menunjukkan peningkatan integritas usus seperti yang dinilai dengan tes permeabilitas gula ganda urin. Suplemen vitamin A yang dikonsumsi ibu hamil pun dapat mencegah kerusakan integritas usus bayi yang terinfeksi HIV3.
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan studi literatur, studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Menurut Danial dan Warsiah4 (2009:80), Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Digunakan database elektronik (pencarian perpustakaan Cambridge, BMC, CME, Science Direct, dan Google Scholar).