FI NewsLetter Februari 2014 – Volume 7 – Section 2
Oleh : Soekirman, Guru Besar (Em), Fakultas Ekologi Manusia, IPB\ Direktur, Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI)
*) Disajikan pada workshop Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan, 27 Januari 2014
Pendahuluan
Pedoman Gizi Seimbang adalah suatu produk perkembangan ilmu pengetahuan yaitu ilmu gizi (“nutrition science”) dan ilmu pangan (“food science”). August Comte (1798-1857) mengatakan bahwa untuk mendalami ilmu pengetahuan perlu dipelajari sejarah perkembangannya. Alasannya karena ciri ilmu pengetahuan adalah selalu berubah dan berkembang sesuai dengan hasil penelitian. “Mereka yang malas mempelajari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, biasanya ketinggalan dalam mengikuti pesatnya kemajuan ilmu ….” –demikian Comte. Oleh karena gizi seimbang adalah bagian dari ilmu gizi, maka konsep gizi seimbang juga terus berubah dan berkembang.
Negara yang pertama menyusun semacam pedoman gizi adalah Amerika Serikat. Pedoman ini lahir dari pemikiran Wilbur Atwater (1844-1907), seorang PhD kimia pertanian. Dia mendirikan semacam Balai Percobaan Pertanian (BPP) di USA. Dalam jabatannya sebagai direktur pertama BPP dia melakukan banyak penelitian terapan di bidang pertanian. Antara lain analisa tentang kandungan zat gizi bebagai bahan makanan. Karena itu dia dikenal sebagai penemu atau penyusun pertama Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) di USA. Dengan DKBMnya Atwater merintis pendidikan gizi (nutrition education) dikalangan masyarakat petani. Dari gagasan Atwater tercipta berbagai pedoman gizi yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika (USDA) sampai sekarang. Di Amerika segala kebijakan pendidikan gizi berada dibawah Departemen Pertanian. Dalam aplikasinya dikerjakan bersama dengan Departemen Kesehatan.
Dari Basic Four, Empat Sehat Lima Sempurna, ke Gizi Seimbang
Pada awal perkembangannya tahun 1930an, ilmu gizi hanya mengenal 3 zat gizi utama, yaitu protein, karbohidrat dan lemak, ketiganya sumber energi. Baru kemudian ditemukan vitamin dan mineral. Atas dasar DKBM hasil penelitian BPP, USDA menyusun Pedomanan Makanan (“Food Guide”) dengan mengelompokkan bahan makanan atas dasar sumber zat gizinya. Di tahun 1930an USDA mengelompokkan menjadi 12 kelompok makanan. Tahun 1940an dikecilkan menjadi 7 kelompok, dan tahun 1956 menjadi 4 kelompok yang di Amerika dikenal sebagai “Basic Four Food Guide”. Pedoman ini sejak tahun 1950an diikuti oleh banyak negara lain dengan Basic Fournya masing-masing, termasuk Indonesia dengan Empat Sehat Lima Sempurnanya.Tahun 1970 hasil survei gizi di Amerika menunjukkan bahwa pola makan orang Amerika ternyata tidak berubah bahkan cenderung lebih buruk, yaitu tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam, dan rendah serat. Tidak ada keseimbangan antara asupan energi dari makanan yang masuk dengan pengeluaran energi. Susunan makanan demikian memicu timbulnya kegemukan. Akibatnya jumlah orang yang gemuk dan gemuk sekali (obis) dengan dampak negatifnya terus meningkat di USA. Disimpulkan bahwa pedoman “Basic Four” yang dipakai sejak tahun 1940an ternyata tidak efektif.
Logo dari 4 Sehat 5 Sempurna ke Gizi Seimbang Indonesia 1950-2014
Perkembangan Logo Gizi Seimbang Amerika 1943-2012 (USDA)
pengeluaran energi. Susunan makanan demikian memicu timbulnya kegemukan. Akibatnya jumlah orang yang gemuk dan gemuk sekali (obis) dengan dampak negatifnya terus meningkat di USA. Disimpulkan bahwa pedoman “Basic Four” yang dipakai sejak tahun 1940an ternyata tidak efektif.
Sejak itu USDA bekerjasama dengan US Department of Health merancang pedoman yang lebih komprehensif dalam wadah Piramida. Tiap 5 tahun dievaluasi , pesan dan bentuk logo atau iconnya dimodifikasi. Seringnya pergantian bentuk dan pesan Piramida yang diterbitkan oleh USDA ini dipicu oleh banyaknya kritik dari berbagai kalangan akademik tentang Piramida. Kecaman yang banyak dimuat dalam web adalah dari Dr.Walter Willet dari Harvard University yang keluar buku tandingannya “ Eat, Drink, and be Healthy” dengan PIRAMID Willetnya. Kritik lain tentang piramid adalah terlalu ruwet dan tidak efektip untuk mencegah kegemukan. Dikala terjadi perdebatan Piramida antara para pakarnya, situasi ini dimanfaatkan oleh para beberapa “expert” secara perorangan menerbitkan buku-buku food guide untuk menurunkan berat badan. Yang terkenal diantaranya : Atkin Diet, Food Combining, Tiger Diet dan lain-lain dengan teorinya sendiri-sendiri. Mungkin karena banyaknya kritikan dan tekanan makin meningkatnya masalah kegemukan di USA, Tahun 2011 USDA mengeluarkan food guide terbaru dan paling sederhana yaitu MyPlate.
Begitu keluar MyPlate sudah bermunculan kritiknya diweb. Banyak yang mengharapkan MyPlate yang amat sederhana dan praktis ini dapat menurunkan prevalensi kegemukan. Bagaimana di negara lain? Dari web searching dan dipertemuan-pertemuan internasional, terakhir di ICN XX GranadaSpanyol September 2013, khususnya di Asia masih mempertahankan piramidnya masing-masing dengan ciri budaya lokalnya seperti di Cina dan korea dengan pagodanya, Jepang dengan gansingannya, dan lai-lain. Icon tumpeng gizi seimbang Indonesia yang dipresentasikan pada Asian Congress of Nutrition di Singapore 2012, mendapat apresiasi banyak negara karena kekhasan Indonesianya.
Evolusi Food Guide Amerika
Dalam 100 tahun ini USDA telah menerbitkan 8 Pedoman Makanan/Pedoman Gizi.
1916- Food For Young Children
1917- How To Select Foods
1943- Basic Seven : A Day’s Pattern For Good Eating
1956 – Basic Four
1979 – Guide to Better Diet : Food Pyramid
1992 – Food Guide Pyramid
2005 – MyPyramid Food Guide System
2011 – MyPlate
Bersamaan dengan dikenalkannya Basic Four di Amerika tahun 1950an, banyak negara mengikuti jejak Amerika dengan Basic-Four atau Basic-Five dengan logo menurut budaya setempat. Indonesia memperkenalkan Slogan Empat Sehat Lima Sempurna (ESLS), yang diciptakan oleh Prof.dokter Purwo Sudarmo selaku Kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR) waktu itu. ESLS adalah modifikasi dari Basic Four Amerika, yang disesuaikan denga pola dan bahan makanan Indonesia. Basic Four USA telah berkali-kali dimodifikasi menjadi piramida sejak tahun 1970an. ESLS selama lebih 4 dekade tidak ada yang mengevaluasi dan mempertanyakan efektivitas slogan itu dalam memperbaiki pola makan dan kesehatan masyarakat, sampai ada rekomendasi Konperensi Pandan Dunia FAO tahun 1992 di Roma.
Gizi Seimbang Era Repelita
Pada tahun 1992 diadakan International Congress of Nutrition (ICN) di Roma yang juga dihadiri delegasi Indonesia dari Bappenas, Departemen Pertanian, dan Departemen Kesehatan. Kongres Roma ini jauh-jauh hari sudah memprediksi akan terjadinya beban ganda (“double burden”) masalah gizi. Negara berkembang tidak hanya mengalamai masalah kekurangan gizi tetapi sekaligus kelebihan gizi dengan kegemukan dan penyakit tidak menular. Untuk itu Kongres merekomendasikan agar negara-negara yang masih menggunakan slogan Basic Four atau Empat Sehat (Indonesia), mulai menyesuaikan kearah pedoman gizi seimbang yang lebih komprehensif yang mengantisipasi pencegahan beban ganda. Sejak tahun itu lahir bermacam-macam pedoman gizi di berbagai negara. Sebagian besar mengikuti jejak Amerika dengan Piramida yang disesuaian dengan budaya setempat, seperti telah disebut dimuka.Tahun 1993 Bappenas membentuk team lintas sektor untuk menindaklanjuti rekomendasi ICN Roma untuk menyusun konsep gizi seimbang. Melalui berbagai proses pertemuan nasional dan internasional, tersusunlah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dengan 13 pesan. Buku itu diterbitkan pertama kali tahun 1995 oleh Departemen Kesehatan. Lebih dari itu istilah Gizi Seimbang sudah dalam kebijakan Pendidikan Gizi UPGK dalam Bab Pangan dan Gizi Repelita VI (1993-1998).
Gizi Seimbang Pasca Repelita
Pasca Repelita tahun 1998 – 2009, praktis tidak ada program gizi bermakna termasuk tidak ada kegiatan pendidikan gizi yang terencana dan terarah. Terjadi euphoria untuk kembali menggunakan slogan ESLS dan mematikan PUGS yang sudah menjadi kebijakan Repelita. Namun, dengan kesadaran bahwa kebenaran ilmiah harus diperdjoangkan, beberapa orang secara profesional terus berjuang dengan tidak kenal lelah meneruskan konsep Gizi Seimbang yang sudah menjadi kesepakatan dunia. Setelah melalui perdebatan yang cukup lama (lebih dari 10 tahun) akhirnya secara resmi istilah Gizi Seimbang diterima dan dipakai dalam Undang Undang No 36/2009 tentang Kesehatan Bab VII tentang Gizi pasal 141.2a. Penerimaan Gizi Seimbang oleh masyarakat makin nyata setelah istilah Gizi Seimbang juga masuk dalam Undang-Undang No 18/2013 tentang Pangan.
Sejak akhir tahun 1990an Indonesia tidak ada program pendidikan gizi nasional yang terencana baik dan benar. Dengan demikian keberadaan PUGS tidak dirasakan perlunya oleh DepKes dan masyarakat. Meskipun tahun 1996 diterbitkan buku PUGS , tidak diikuti rencana untuk penyebarluasannya. Dengan demikian keberadaan PUGS tidak diketahui masyarakat. Sejak itu di Indonesia terjadi kekosongan dan kehilangan pegangan dan arahan bagaimana pola makan yang sehat atas dasar kebutuhan gizi. Pendidikan gizi menjadi tanpa arah, sehingga pemahaman umum tentang gizi menjadi kacau. Kekosongan ini mestinya dirasakan oleh para petugas gizi dan kesehatan, khususnya para dosen yang mengajar para dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang akan bertugas di Puskesmas dan harus melakukan pendidikan gizi masyarakat.
Tahun 2010 sekelompok pakar gizi yang bernaung dalam Danone Institute Indonesia, berinisiatip untuk mengisi kekosongan ini dengan menerbitkan buku “Sehat dan
Bugar berkat Gizi Seimbang” (Kompas-Gramedia), dengan memperkenalkan icon Indonesia Tumpeng sebagai pengganti piramida. Buku ini memperkenalkan empat prinsip atau empat pilar Gizi Seimbang yaitu : (1) aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, (2) menjaga kebersihan, (3) aktif bergerak dan olah raga, (4) menjaga berat badan ideal. Empat pilar ini mengatakan bahwa gizi bukan semata-mata masalah makanan saja , tetapi juga masalah pola hidup. Empat pilar juga mencakup upaya pencegahan beban ganda masalah gizi (kurus dan gemuk). Buku ini direstui oleh Menteri Kesehatan, Dr.Endang Setianingsih (alm), Dirjen Kesehatan Masyarakat, Dr. Budihardja, Wakil Menteri Pertanian, Dr. Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Pendidikan, Prof. Fasli Jalal, dengan membubuhkan tanda tangan mereka pada halaman depan buku. Buku ini telah diuji didepan para jurnalis dalam suatu Konperensi Pers, yang dihadiri oleh lebih dari kurang lebih 50 wartawan di Jakarta, untuk memberikan penilaiannya dari kacamata pers. Hasil penilaian didasarkan atas komentar pers pada media yang diterbitkan. Dari 48 media, hanya 4 media yang memberikan tanggapan dengan nada tidak setuju, sedang sisanya mendukung diterbitkan buku ini. DII juga melakukan test pemahaman akan isi buku terhadap 300 orang dari berbagai golongan umur, pendidikan, dan latar belakang sosial. Hampir 80% memahami 4 prinsip Gizi Seimbang dan mudah dimengerti dan dipraktekkan.
Apakah buku Gizi Seimbang diatas efektif menambah pengetahuan dan merubah perilaku masyarakat? Yang dapat dipastikan ada 10000 buku Gizi Seimbang Danone Institut yang dicetak telah habis terjual dalm waktu 2 tahun (toko buku Gramedia). Dengan demikian, apabila diasumsikan buku itu dibaca 2 orang saja per buku, berarti sedikitnya ada 20.000 orang mengenal Gizi Seimbang. Apabila tidak ada buku itu, berarti lebih banyak orang tidak mengenal Gizi Seimbang. Kekosongan pedoman gizi yang benar dalam waktu cukup lama, kemungkinan dapat membuat orang berupaya kembali ke Empat Sehat Lima Sempurna. Tentunya hal ini merupakan suatu kemunduran ilmu pengetahuan dan menghambat efektivitas program gizi. Kekosongan buku pedoman gizi seimbang juga akan menyuburkan terbitnya buku-buku pedoman gizi yang tidak jelas dasar ilmiahnya, seperti dicontohkan diawal tulisan ini.
Tahun 2014 Pemerintah (Kementerian Kesehatan) akan menerbitkan Pedoman Gizi Seimbang yang Baru, dengan mempertahankan 4 Prinsip atau Pilarnya yaitu : Membiasakan makan beraneka ragam, sesuai dengan kebutuhan; kedua, memelihara kebersihan; ketiga, aktive bergerak dan olah raga; dan keempat, menjaga berat badan ideal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Apakah buku ini akan lebih efektip, tergantung beberapa hal : Isi Buku, jumlah buku yang beredar di masyarakat; dipasarkan dengan baik; ada program pendidikan gizi (nutrition education) yang terencana baik sehingga kehadiran buku pedoman itu diperlukan; ada rencana evaluasi dengan “formative reserach”nya untuk mengukur perkembangan perubahan KAP (Knowledge, Attitude, and Practice) sebagai bagian dari survei pola konsumsi pangan Keluarga, dan studi epidemiologi penyakit akibat beban ganda masalah gizi.
Logo Gizi Seimbang Dunia
Amerika Serikat (USA) dikenal sebagai pelopor Gizi Seimbnag karena mulai tahun 1916 memperkenalkan pedoman makan sehat bagi anak-anak, yang terus berkembang menjadi Pedoman “Basic Seven” tahun 1943 dan “Basic Four” 1956. Pedoman 1956 ini diadopsi banyak negara termasul Indonesia menjadi “4 Sehat 5 Sempurna”. Mulai tahun 1970an diperkenalkan Food atau Nutrition Pyramid, logo Gizi Seimbang dalam bentuk Piramida yang mulai diadopsi oleh banyak negara awal tahun 1990an. Sementara itu sampai tahun 2005 Logo Piramid USA telah berubah 3-4 kali. Tahun 2011 logo piramida hilang diganti logo piring yang dikenal dengan “MyPlate”. Perubahan-perubahan itu tebtu didasari atas dinamikan kemajuan ilmu dan teknologi, pola makan, dan pola penyakit di Amerika. Tujuan terakhir Gizi Seimbang di USA sangat sederhana dan praktis , yang digambarkan denga MyPlate, adalah bagaimana dapat mengurangi jumlah orang obis (sangat gemuk) dalam waktu relatif singkat. Sedang piramida membawa pesan pendidikan gizi yang lebih komplek, tidak hanya kegemukan.
Karena itu perubahan ke MyPlate tidak banyak berpengaruh pada pedoman-pedoman negara lain. Suatu blog gizi di web menulis ..” The US Food Pyramid may be dead, but many countries around the world still look to the pyramid to convey nutritional advice for the citizen”.
Dibawah ini disajikan contoh gambar perkembangan logo Gizi Seimbang di USA , Indonesia, dan negara-negara lain. Meskipun beragam, ada pesan yang sama dari piramida-piramida tersebut,yaitu :makan beragam untuk memenuhi lebih dari 20 macam zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan minreal, dan air) yang dibutuhkan badan. Kemudian ada pesan berkaitan pendidikan kebersihan dan memilih makanan yang aman (tidak tercemar), dan pesan ativitas fisik dan olah raga, untuk menyeimbangkan masukan energi dari makanan dengan pengeluaran energi dari aktivitas tubuh untuk menjaga berat badan ideal.
Keragaman bentuk logo disesuaikan pedoman Gizi Seimbang yang tidak hanya memperhatikan aspek zat-zat gizi, tetapi juga soal budaya, kebiasaan dan adat makan tiap bangsa. Karena itu piramidanya ada yang berbentuk pagoda (Cina dan Korea), gangsingan (Jepang), tumpeng (Indonesia) dan lain-lain.
Sumber Gambar: http://www.huffingtonpost.com/food-republic/food-pyramids-around-the-world_b_874409.html#slide=288474
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Menentukan Kualitas Bangsa Demikian kesimpulan para pakar gizi dan kesehatan ibu dan anak dalam Laporannya yang dimuat dalam Majalah Ilmiah”Lancet” ,Juni 2013 berjudul : Feed Children During the First 1000 Days of Life for Economic Prosperity. Laporan ini diterbitkan tepat pada waktu Sekjen PBB Ban Ki-moon mengumunkan sasaran pembangunan global yang baru pasca MDGs. Laporan yang dimuat dalam serie Majalah Lancet mendorong pemerintah berbagai negara untuk memberikan prioritas pada program perbaikan gizi khususnya untuk menjadikan 1000 HPK - dari konsepsi sampai usia 2 tahun- dan kelopok WUS (wanita usia subur) , sebagai pusat pembangunan pasca MDGs 2015. Dasar pemikirannya adalah karena kurang gizi merupakan penyebab kematian 3,1 juta anak per tahun, dan merupakan penyebab 45% dari kematian balita. Lebih dari 800.000 bayi - satu dari 4 bayi lahir- meninggal tiap tahunnya karena lahir prematur atau karena berat badan terlalu rendah, sebagai dampak ibu waktu hamil kekurangan gizi. Kekurangan gizi waktu hamil juga menyebabkan anak pendek atau “stunting”. Global ada kurang lebih 165 juta , 7 juta diantaranya ada di Indonesia , anak balita berbadan pendek karena kurang gizi sejak janin. Kekurangan gizi pada 1000 HPK berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik dan kelambatan perkembangan kognitif anak. Dampak ini berakibat buruk tidak hanya pada individu anak dan keluarga tetapi jug pada pertimbuhan ekonomi negara, seperti diuraikan oleh ekonom Bank Dunia Sri Mulyani dalam tulisannya tentang “Stunting : The Face of Poverty” (KFI-NL No 8/2014).
Agenda Pembanguan Berkelanjutan Pasca 2015 PBB (www.un.org/sg/management/hlppost 2015.shtm) Resolusi WHO 2012 dicantumkan juga pada salah satu Sasaran Universal (Global) dan Nasional Pembanguan Berkelanjutan (Sustainable Development) Pasca MDGs 2015, yang dokumennya disampaikan kepada Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon tanggal 30 Mei 2013, oleh suatu panel tingkat tinggi 27 negara PBB yang diketuai oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono, dengan anggota presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Dalam dokumen ini 8 Sasaran MDGs 2015 diperbanyak menjadi 12 sasaran. Apabila sasaran gizi pada MDGs 2015 tidak jelas (implisit dalam sasaran 1), dalam sasaran baru, gizi tercantum secara eksplisit pada sasaran ke-5 : Ensure Food Security and Good Nutrition dengan rincian : 1. Mengurangi kelaparan dan mejamin hak asasi manusia untuk memperoleh pangan cukup, aman, terjangkau, dan bernilai gizi, 2. Mengurangi anak pendek (stunting) x%, anak kurus (wasting) x%, dan anemia x% untuk semua anak balita, 3. Meningkatkan produksi pertanian x%, dengan fokus pada petani kecil dan akses irigasi, 4. Perhatian pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan, kelautan, perikanan darat, dan cadangan ikan pada tingkat yang berkelanjutan, dan 5. Mengurangi kehilangan pasca panen dan sisa makanan (food waste) x%
Ban Ki-Moon Announces WFP Hunger Hero Award for GAIN Executive Director Marc Van Ameringen Source: http://www.gainhealth.org/editorials/marc-van-ameringen-receives-wfp-hunger-hero-award-davos Date: 24 January 2014 At the World Economic Forum in Davos, UN Secretary General Ban Ki-moon announced GAIN Executive Director Marc Van Ameringen as one of three winners of the World Food Programme ‘Hunger Hero Award’, for efforts to combat world hunger and malnutrition. Marc was named alongside Shenggen Fan of the International Food Policy Research Institute and Sam Dryden of the Bill & Melinda Gates Foundation and offered his congratulations and thanks for their enormous contribution over many years to addressing food insecurity and malnutrition. On receiving the award, Marc said: “This award is a true honor for me personally, but it is also a reflection of all the hard work and commitment by GAIN and its partners to reaching the goal of ending malnutrition.” He added, “I would particularly like to recognise the contribution of the GAIN chair Jay Naidoo, the GAIN Board, and the extraordinary staff of GAIN around the world.”