Kontribusi Zat Besi, Seng, dan Vitamin B9 dari Konsumsi Terigu Berdasarkan Data Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) 2014 – Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik

Estimasi waktu baca: 2 menit

Fortifikasi wajib tepung terigu di Indonesia sudah dilaksanakan selama dua dekade sejak tahun 1998. Selain itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas fortifikasi tepung terigu, pemerintah sudah beberapa kali melakukan penyesuaian standar zat gizi mikro yang ditambahkan. Dalam SNI nomor 3751:2018, pemerintah telah melakukan pergantian jenis zat besi fortifikan dari Fe-elemental menjadi Ferro sulfat atau Ferro Fumarat atau Natrium Ferri-EDTA untuk meningkatkan efektivitas (BSN 2018). Fortifikasi wajib tepung terigu sudah berjalan hampir dua dekade dan sudah juga dilakukan penyesuaian standar fortifikasi, namun penelitian terkait evaluasi efektifitas fortifikasi wajib tepung terigu, yang mencakup skala nasional, menurut strata ekonomi (kuintil pendapatan), kelompok umur, dan wilayah desa-kota masih jarang dilakukan. Saat ini, data SKMI 2014 merupakan data konsumsi pangan yang lengkap dan mutakhir untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, KFI melakukan penelitian untuk menganalisis kontribusi konsumsi tepung terigu dan pangan olahannya terhadap asupan Fe, Zn, dan vitamin B9 menggunakan data SKMI 2014. Penelitian ini sudah dipublikasikan melalui Jurnal Ilmu Gizi dan Dietetik.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi konsumsi tepung terigu dan pangan olahannya terhadap asupan Fe, Zn, dan vitamin B9 (asam folat) menggunakan data Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional. Jumlah subjek yang digunakan adalah 145.360 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi tepung terigu penduduk Indonesia sebesar 43,17±72,78 g/kap/hari, jauh di bawah rata-rata konsumsi yang dapat memberikan dampak positif dari program fortifikasi pangan yaitu sebesar 75 g/kap/hari. Hanya 10–30% penduduk Indonesia yang mengonsumsi tepung terigu di atas 75 g/kap/hari. Konsumsi tepung terigu di atas 75 g/kap/hari berkontribusi terhadap asupan Fe sebesar 20,35±11,96% AKG, asupan Zn sebesar 57,52±32,73% AKG dan asupan asam folat sebesar 12,01±6,45% AKG. Monitoring konsumsi tepung terigu secara rutin diperlukan untuk mengevaluasi dampak fortifikasi terigu dalam penurunan defisiensi gizi mikro di Indonesia. Survey Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) perlu dilakukan saat ini untuk memenuhi gap sembilan tahun dari SKMI 2014 dan dilakukan secara reguler di masa mendatang agar perkembangan konsumsi terigu dan kontribusinya terhadap penanggulangan masalah Anemia Gizi Besi (AGB) dapat terus dipantau dan menjadi dasar ilmiah penyempurnaan kebijakan penanggulangan masalah AGB di Indonesia melalui fortifikasi pangan.

Kata kunci: asupan, fortifikasi, konsumsi, tepung terigu, zat gizi mikro

Kajian lainnya:

ID