Estimasi waktu baca: 6 menit
Yayasan Kegizian Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) bekerja sama dengan Nutrition International telah berhasil menggelar Workshop Nasional bertajuk “Strategi Percepatan Pencapaian Universal Salt Iodization (USI) untuk Mewujudkan SDM Indonesia Unggul”. Workshop ini berlangsung pada Kamis, 21 November 2024, dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB, secara hybrid di Aloft Hotel, Jakarta Pusat, dan melalui platform Zoom Meeting.
Kegiatan ini bertujuan utama untuk menyamakan pandangan berbagai pemangku kepentingan mengenai tantangan dan karakteristik masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) saat ini di Indonesia. Selain itu, workshop ini menjadi ruang untuk merumuskan strategi percepatan pencapaian Universal Salt Iodization (USI), sebuah langkah penting untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat untuk memastikan pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul.
Workshop ini memiliki beberapa sasaran spesifik, yaitu:
- Mendiseminasikan hasil kajian KFI-NI kepada pemangku kepentingan di tingkat pusat maupun daerah.
- Membuka forum berbagi pengalaman antara pemangku kepentingan terkait peningkatan kapasitas pemerintah daerah, pembinaan industri garam, serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev).
- Menajamkan materi advokasi yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk Policy Paper atau Policy Brief. Dokumen ini akan disampaikan dalam Forum LSFF atau High-Level Meeting (HLM) Forum Koordinasi Fortifikasi Pangan Nasional, dengan harapan dapat menjadi dasar penguatan kebijakan pemerintah.
Acara ini dihadiri oleh 71 peserta, dengan 55 orang hadir secara langsung dan 21 orang bergabung secara daring. Peserta berasal dari berbagai latar belakang, termasuk perwakilan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, pakar di bidang kesehatan dan gizi, pelaku usaha dari perusahaan garam/importir, serta mitra pembangunan.
Sambutan oleh Country Director Nutrition International Indonesia dan Direktur KFI
Workshop diawali dengan sambutan hangat dari Herrio Hattu, Country Director Nutrition International Indonesia, dan Nina Sardjunani, Ketua Umum KFI. Kedua pemimpin ini menekankan pentingnya komitmen semua pihak dalam mempercepat pencapaian USI untuk mendukung generasi Indonesia yang lebih sehat dan produktif. Setelah itu, Prof. Drajat Martianto menyampaikan hasil kajian mengenai percepatan USI. Dalam pemaparannya, ia menyoroti pentingnya keberlanjutan pasokan Kalium Iodat (KIO3) sebagai bahan utama yodisasi, penguatan sistem monitoring dan evaluasi, serta perlunya penegakan aturan yang konsisten terhadap pelaku usaha yang belum mematuhi regulasi.
Penyampaian hasil kajian oleh Prof. Drajat Martianto dan dimoderatori oleh Bapak Rozy Afrizal Jafar
Tiga isu utama yang menjadi fokus diskusi dalam workshop ini adalah:
- Tata kelola KIO3: Kelangkaan KIO3 akibat berhentinya produksi domestik menjadi tantangan serius yang perlu diatasi, terutama untuk mendukung Industri Kecil dan Menengah (IKM) Garam di berbagai wilayah di Indonesia yang selama ini menggunakan KIO3 dalam volume kecil yang tidak dimungkinkan untuk melakukan inportasi sendiri.
- Monitoring dan evaluasi garam beryodium: Lemahnya sistem pengawasan hingga tingkat rumah tangga mengakibatkan masih banyak garam yang beredar tidak memenuhi standar yodium.
- Komitmen penegakan peraturan: Dibutuhkan pendekatan tegas namun mendukung agar produsen dan distributor garam dapat menjalankan regulasi yodisasi dengan baik.
Selain diskusi panel, sesi workshop juga memberikan ruang bagi organisasi internasional mitra Pembangunan dan NGO seperti UNICEF, GAIN, dan Nutrition International untuk berbagi pengalaman mereka dalam mendukung pencapaian USI. Workshop ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga menghasilkan berbagai masukan konkret dari para peserta. Sebagai langkah lanjutan, hasil dari diskusi akan dirangkum dalam policy paper yang akan diajukan ke forum nasional. Dokumen ini diharapkan menjadi panduan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih strategis dan efektif untuk mempercepat pencapaian target USI di Indonesia.
Sesi Diskusi
KFI dan Nutrition International menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mencapai tujuan ini. Dengan dukungan semua pihak, percepatan pencapaian USI akan menjadi langkah strategis dalam mendukung pembangunan SDM Indonesia unggul menuju visi Indonesia Emas 2045.
Hasil utama dan rekomendasi dari diskusi tersebut antara lain:
- Perlunya penjaminan ketersediaan dan akses KIO3 bagi seluruh industri baik industri besar atapun IKM. Dalam upaya percepatan pencapaian USI, diperlukan langkah strategis untuk memastikan ketersediaan Kalium Iodat (KIO3) sebagai bahan utama dalam fortifikasi garam. Hal ini meliputi penyediaan pasokan yang stabil, distribusi yang merata, dan akses yang terjangkau bagi produsen garam lKM maupun skala besar.
- Perlunya penguatan pemantauan, monitoring dan evaluasi fortifikasi garam hingga tingkat rumah tangga. Pemantauan yang komprehensif dan berkesinambungan sangat diperlukan untuk memastikan kualitas garam beryodium hingga ke tingkat rumah tangga. Sistem monitoring dan evaluasi harus mencakup seluruh rantai pasok, mulai dari produksi hingga konsumsi, dengan melibatkan berbagai pihak terkait seperti BPOM, pemerintah daerah, dinas kesehatan, produsen garam, dan masyarakat.
- Perlunya penguatan penegakan hukum dan pengembangan insentif dan reward secara terintegrasi. Untuk mendukung keberlanjutan program USI, penegakan hukum terhadap pelanggaran standar fortifikasi garam harus diperkuat. Selain itu, pengembangan insentif dan penghargaan (reward) bagi pelaku usaha dan daerah yang berhasil mencapai target USI juga penting sebagai bentuk motivasi dan pengakuan atas kontribusi mereka dalam program ini.