Desember 2016 - Volume 13
– Section 1
“ …..Saat ini sekitar 37% balita Indonesia mengalami stunting, atau tidak menerima asupan gizi yang cukup, mulai dari kandungan hingga usia 2 tahun. Stunting mengakibatkan otak seorang anak kurang berkembang. Ini berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan peluang yang lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa hidup mereka. Ini adalah musibah bagi Indonesia. Tingkat stunting di Indonesia sangat tinggi dibanding negara tetangga. Misalnya, tingkat stunting di Thailand adalah 16%, dan di Vietnam 23%. Saya berharap program memerangi stunting dapat berhasil, karena beberapa negara, seperti Peru, telah berhasil menurunkan stunting secara kredibel dalam waktu cukup singkat..”. (sumber: https:// finance.detik.com)
Bukan kali ini saja Sri Mulyani bicara soal gizi. Waktu masih menjabat di Bank Dunia di Washington, SM beberapa kali mengingatkan bahwa stunting adalah masalah kemiskinan.
Hal tersebut tidak mengherankan oleh karena Bank Dunialah yang sejak tahun 1990an memperhatikan peran gizi dalam Pembangunan Ekonomi dan Sosial. Publikasi Bank Dunia pertama yang menekankan pentingnya Gizi adalah World Development Report, 1990, kemudian juga World Development Report 1991, dan 2006 tentang Repositioning Nutrition As Center to Development : A Strategy for Large-Scale Action (2006). Sejak itu, di tataran global, permasalahan gizi masyarakat tidak hanya menjadi perhatian dikalangan kesehatan, tetapi juga para pakar ekonomi pembangunan.