Pelaksanaan Fortifikasi Tepung Terigu

KFI NewsLetter Desember – Volume 14 – Section 3


Studi dampak fortifikasi tepung terigu di berbagai negara membuktikan efektif untuk menurunkan angka anemi dan angka bayi cacat akibat kekurangan asam folat pada makanan ibu hamil. Pada tahun 2015 ditemukan masalah fortifikasi tepung terigu di Indonesia. Formula fortifikan tidak mengikuti pedoman WHO tahun 2000.  Agar  efektivitas  fortifikan lebih dapat dijamin diperlukan penyesuaian sebagaimana ditetapkan oleh pedoman WHO. Untuk itu Kementerian Perindustrian atas rekomendasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 akan mengeluarkan SNI Fortifikasi Tepung Terigu yang telah disesuaikan dengan pedoman WHO tahun 2000. Selain itu diperlukan juga adanya studi dampak di Indonesia, untuk memastikan bahwa formula yang telah disesuaikan dengan pedoman WHO benar efektif.

Kesimpulan: Formula fortifikan tepung terigu di Indonesia perlu disesuaikan dengan rekomendasi WHO. Selanjutnya dilakukan evaluasi dampak formula baru tersebut (studi efektivitas) untuk mengetahui efektivitasnya dalam menurunkan anemia.

Fortifikasi wajibtepung terigudimulaitahun 1942
Kadarserum asam folatlebih tinggi pada fortifikasi wajibdibandingkanfortifikasi sukarela (contoh padafortifikasi terigu)

in USA (1942),
in 2016 – 85 countries
fortification
Fortification with folicacid increases serum folate

• Voluntary fortification began in 1995 in Australia
• Mandatory wheat flour fortification began in September 2009
• Analysis of 20,592 blood samples

Zat gizi yang ditambahkan pada fortifikasi terigu
Fortifikasi terigu terkait dengan penurunan prevalensi anemia pada perempuan tidak hamil

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ID